Buang Air Besar Adalah Ritual Yang Paling Menyebalkan

Buang Air Besar Adalah Ritual Yang Paling Menyebalkan.


Aku dalam situasi berlari tergopoh-gopoh sambil menahan sesuatu yang tidak sabar lagi ingin segera keluar, aku tahan-tahan perasaan itu biar nantinya ia keluar pada tempatnya. Dari tempat tongkrongaku, Rumah pamanku cukup jauh jaraknya jika di jangkau dengan berjalan kaki apalagi sambil menahan sesuatu barang yang bajingan ini.


Aku merasakan pinggangku seperti didera pegal-pegal nampaknya barang ini sudah tidak sabar lagi ingin bersuah dengan rekan-rekannya di lubang kakus. Aku harus bisah menahannya, aku bukanlah tipe orang yang membuang barang seperti ini di tempat sebarangan walaupun tempat tongkronganku sangat berdekatan dengan laut. Toh, jika aku melepaskan barang ini di laut, bagaimana nasib ikan-ikan di laut? Apalagi aku adalah orang yang sangat menyadari bahwa aku sangat suka makan ikan.


Dalam tergopoh-gopoh aku mengingat satu hal yakni perkataan temanku beberapa tahun yang lalu, ia pernah mengalami situasi dimana situasi itu sedang aku alami malam ini. Yah aku mengingat perkataannya malam ini bahkan sangat mengingatnya. Ia berkata jika kamu berada pada situasi buang air besar dan nyaris tak tertolong lagi maka ada {dua} hal metode yang perlu kamu lakukan. 


Pertama jika kamu dalam sebuah perjalanan maka pungutlah batu kerikil kecil yang dapat kamu genggam dalam satu tangan dan pastikan batu itu jangan sampai di ketahui oleh orang lain. Tentu kamu sudah pasti tahu akibatnya kan, jika batu itu di ketahui oleh orang lain?. Maka cara itu tidak akan mujur.


Kedua jika tak ada batu yang kamu temukan sama sekali di sampaing kiri dan kananmu, maka satu-satunya cara adalah mencoba untuk Tenang, tenang bukan berarti kamu duduk berleha-leha, tenang dalam situasi yang krusial ini adalah bergerak maju dan mengfokuskan diri pada sebuah lubang kakus yang akan jadi tempat ritualmu nantinya. 

Tentu bukan cuman itu, jika jarak lubang kakus masih lumayan jauh dengan dirimu maka tenanglah dengan cara menarik nafas dalam-dalam lalu hebuskan perlahan-lahan, hal itu kamu lakukan sebanyak tiga kali. Begitulah metode yang ia paparkan pada kami beberapa tahun yang lalu.


Aku masih dalam keadaan berlarih sambil tergopoh-gopoh aku melirik kekanan dan ke kiri tak ada satupun batu yang aku jumpai, jika pun ada itu adalah batu besar yang sudah berbentuk batako {batu bata}. Tentu sangatlah tidak mungkin bukan. Sambil berharap dapat menemukan batu mungil. Ku lirik lagi ke kanan dan ke kiri. Fu…..ck…

Maka satu-satunya jalan adalah menggunakan metode ke dua,. ’’Kenapa aku tidak mengingat metode yang kedua tadi saja ketika melihat batako laknat itu, ah sudahlah tidak ada lagi waktu untuk menyesali itu semua’’. 


Dalam ke adaan setengah berlari dan setengah berjalan aku menghela nafas dalam-dalam lalu menghebuskannya perlahan-lahan sebanyak tiga kali, persis seperti yang di paparkan oleh temanku itu.


Dan benar apa yang di paparkan oleh temanku itu nyaris seratus persen ampuh aku rasakan. Perasaan yang nyaris tak tertolong lagi berkat metode ke duanya aku berhasil mendapatkan beberpa detik tambahan waktu


Perasaan ingin buang air besar tadi sepertinya bisah aku laksanakan di tempat yang paling khusyuk atau di tempat yang semestinya. Dan aku saat ini sedang berdiri di depan pintu rumah pamanku, tak lagi ku ucapakan salam pada penghuni rumah langsung saja ku gendor-gendor pintu rumah itu sambil berteriak, aku yakin mereka sudah sangat mengenal suaraku, sambil menunggu pintu untuk di buka aku merasakan perasaan yang tadinya urung kini berubah dan mengamuk Kembali. 


Aku baru mengingatnya saat itu juga bahwa selain dua metode itu, kata temanku rasa ingin buang air besar yang sudah kebelet tapi masih bisah di tahan karena pertolongan dari salah satu metode itu akan luruh ketika sudah berada pada lingkungan rumah sebab rasa ingin buang air yang sudah kebelet ternyata sangat sensitive dengan rumah.


Setelah pintu rumah itu di buka aku langsung melejitkan langkahku menuju toilet tampa mengindahkan pertanyaan pamanku, di dalam toilet ku tanggalkan celanaku dengan cepat, lalu ah…..!! taik itu dapat bersuah dengan rekan-rekannya di lubang sana. tampa mengucapkan kata perpisahan ia pasti akan tentram di alam sana!


kemudia nikmat, tenang dan damai perasaanku…..!


  

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ia Mengirim Malam Yang Tak Nyenyak Di Dadamu

Sedikit Tentang Buku Manusia Indonesia, Karya Mocthar Lubis

Dari Beng-beng Sampai Peterpan