Di Zaman Yang Keterlaluan Ini Tuntutan Menjelma Seperti Monster



Di zaman yang keterlaluan ini, tuntutan menjelma seperti monster. 

ahmad adalah seorang guru magang di salah satu sekolah dasar di sebuah kecamatan bebarapa tahun yang lalu sebelum ini, ia baru saja menamatkan pedidikan perguruan tingginya di salah satu kampus ternama di Yogyakarta, setelah tamat kuliah ia balik ke kampung halamannya sampai di kampung halamannya ia beberapa tahun mengangur tampa perkejaan yang jelas sebab di zaman yang keterlaluan begini memcari pekerjaan adalah hal yang cukup sulit apalagi di kecamatan yang kecil ini yang hanya ada beberapa desa namun tak cukup banyak waktu untuk berfikir lebih matang sebab mengingat tekanan sosial dari tentangga dan beberapa mesyarakat mencibir dan bergosip tentang dirinya, dan juga keluarga orang tuanya sudah muak melihat dia sebagai seorang lulusan sarjana hidup sehari-hari tanpa sebuah pekerjaan yang jelas lantas karena tekanan itulah ia memutuskan untuk magang di sebuah sekolah dasar hanya untuk mengurangi tekanan sosial.

Ahmad adalah seorang lelaki mudah yang cukup cerdas di atas rata-rata walaupun menganggur kebiasaannya membaca buku adalah sebuah kebutuhan bukan hanya ketika saat masih di bangku kuliah saja. Membaca baginya adalah sesuatu yang penting dalam hidup, kata dia tanpa membaca manusia akan kehilangan indetitas akan dirinya apalagi di zaman modern yang di penuhi dengan berbagai alat teknologi yang sedemikian tak terhitung jumlahnya, dengan membaca dia lebih bebas menentukan jalan hidupnya, dia mungkin akan lebih tahu yang mana yang baik untuk hidupnya kedepannya,.

Namun apapun yang akan keluar dari mulutnya akan di bantah oleh keluarganya sendiri juga termaksud saudara sepupunya yang lebih tuah darinya,
Sepupunya Dani namanya, salah satu orang yang paling sukses dalam keluarga ibunya pasalnya dani adalah pedagang sekaligus pengusaha yang mempunyai beberapa toko di salah satu kota di daerah timur tepatnya di MALUKU,. 

Jika ahmad dan dani bisah di bandingkan, ahmad mungkin lebih unggul dari pada Dani sebab latar belakang ahmad adalah orang mempunyai pendidikan lulusan sarjana beda halnya dengan dani yang hanya tamatan smp.

Ia memang dani adalah seorang pria tamatan smp namun apa yang ia peroleh hari ini tak bisah di pandang hanya dengan sebelah mata, bukan.  sebab ia juga adalah pedagan sekaligus pengusaha yang sukses itu kenapa walaupun ahmad adalah seorang berpendidikan ia tak bisah mencapai apa yang telah di capai dani sepupunya itu, apalagi di tambah ahmad adalah seorang penganguran yang baru saja magang di sekolah dasar tak cukup untuk menjadi sesuatu yang paling terdepan di dalam keluarganya apalagi di zaman yang keterlaluan begini dan juga penuh dengan sesuatu yang membingungkan pula tentu pendidikan bukan perihal ilmu pengetahuan melainkan sebaliknya pedidikan juga adalah sebuah sesuatu yang menghasilakan perkejaan dan juga duit yang banyak barangkali.

Tak cukup bagi seorang lelaki tamatan sarjana seperti ahmad sebab di dunia yang terlampau modern ini orang-orang lebih memandang isi dompet dari pada isi kepala, apalagi di tambah desah yang saat ini ahmad tinggal orang-orang sudah terlampau modern untuk memandang seseorang tanpa perlu mengenal lebih dekat sebab apalikasi-apalikasi canggih yang tersusun rapi dalam setiap gadged membuat orang lebih mudah untuk mengenal orang di seberang pulau sana tanpa mengajaknya berkenalan secara langsung.

Mungkin ahmad adalah seorang yang termaksud sukses sebab gelar sarjananya namun yang seperti saya bilang di atas itu tak cukup bahkan untuk meminang seorang gadis desa, justru dani yang hanya tamatan smp mampuh membuat orang-orang di desanya mengahargainya dan menghormatinya dani mungkin selain orang yang sukses ia juga orang yang terbilang baik sebab adik-adik ahmad yang masih sekolah kadang dia biayai oleh dani dan dani juga sering membagi uang zakat kepada masyarakat ketika bulan romadhon, itu barangkali alasan ia sangat di hormati oleh orang-orang di desanya begitupun juga keluarganya.

Sedangkan ahmad yang hanya berbekal isi kepala dan juga beberapa mimpi dan juga tekat yang kuat bahwa esok lusa ia akan membuat sebuah perpustakan kecil di desanya sembari berharap agar anak-anak di desanya punya rasah cinta yang kuat terhadap membaca dan mempuanyai pengetahuan yang mencakrawala kedepannya.

Ahmad selalu berpegang pada prinsip idealisnya bahwa ilmu pengetahuan yang ia peroleh dari bangku kuliah bukanlah tentang mencari isi dompet melainkan tentang beban moral itu sendiri yang seharusnya ia pertanggung jawabkan.   

Namun kenyataan berkata lain, apa yang di pikirkan ahmad ketika masih di kota dulu sampai di kampung halamannya ternyata berbeda. Tak cukup hanya berbekal isi kepala, tak cukup jika hanya dengan prinsip idealisnya,. Realitas terlampau membabi buta tekanan sosial lebih kejam dari pada dunia tahanan.

Sampai suatu ketika ia termenung mengingat sebuah penelitian dari antah berantah yang perna ia baca bahwa biasanya idealisme seorang mahasiswa akan tanggal ketika beberapa bulan setelah lulus, setelahnya mereka akan seperti orang-orang pada umumnya akang lebih gampang mengeluh dan mengerutu.

Kadang bayang-bayang itu sering datang, kadang ia tenggelam pada bayang-bayang itu dan berfikir sembari bertanya pada dirinya sendiri. apakah benar aku akan seperti itu? Apakah memang jangan-jangan aku secara tak sadar bersikap seperti itu?.

Tetapi di lain sisi ia membanta pikiran-pikiran itu. Ia berfikir semua itu di karenakan oleh pengaruh-pengaruh lingkungan sebab mengingat lingkungan yang dulu ketika kuliah ia di kelilingi oleh orang-orang sepeti dia namun lingkungan yang berbeda adalah lingkungan yang sekarang. Meski begitu ia mesti tetap kukuh untuk mengubah atau membentuk lingkungan yang baru paling tidak dengan adanya sebuah perpustakan semua itu akan sedikit berbeda. sebanarnya ia paham melawan arus dominan memanglah hal yang hampir mustahil, tetapi ia percaya tidak ada yang tidak mungkin selagi ia mau bergerak untuk hal itu.      

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ia Mengirim Malam Yang Tak Nyenyak Di Dadamu

jauh seperti planet pluto

Sedikit Tentang Buku Manusia Indonesia, Karya Mocthar Lubis