Postingan

jauh seperti planet pluto

Gambar
  Di tempat tidurku siang memungut pagi untukku  agar ketika pukul sebelas nol-nol kukatakan pagi pada duni jika malam siang mengirim sinarnya untuk mataku, sembari menjagaku. barangkali agar kita tak perna bertemu dalam mimpi hingga jarum jam mengusir malam yang sudah ku rencanakan untukmu merambat pelan-pekan pagi telah lewat ia masuk dari celah-celah jendelah sempit tak sadar menyentuh tubuhku yang sibuk memeluk guling  ku gulung-gulung bunga tidur yang di apik jarak semenit kemudian suara ribut kendaraan di depan tempat tinggalku  membuat gulungan-gulungan itu lepasa dari ikatan dan ingatannya jarak membentang di hadapanku nyata seperti silau lampu tuhan yang menengok dari celah jendelah pada siang yang memungut pagi untukku  kadang pula ku temukan dirimu dibalik tidurku yang malas ketika pagi jatuh di dunia ku raih selimut lembut yang serupa lengannmu pagi... sebuah notif darimu yang kulewatkan tak lama bunyi keras dering telepon  pagi terkelupas menjadi siang dan senyunmu itu men

Di Hadapan Waktu

Gambar
 Di hadapan waktu: Di hadapan waktu yang merangkap maju aku mendapati diriku berjalan mundur melihat dirimu melambai padaku disana, aku berjalan menghampirimu lebih dekat, kamu menarikku mendekapku erat, sangat erat. Saat itu aku merasa di sanalah aku seharusnya berada. Bukan di hadapan waktu yang merangkap maju berlalu, bagai sesuatu yang kejam membuat aku dan kamu menjadi lampau. Kadang aku membenci waktu, membenci sesuatu yang bergerak selain kita. Tapi aku tak bisah berbuat sesuatu, lebih tepatnya kita. Kita tak berdaya di hadapan waktu, kita sering melihat waktu mendatangkan sesuatu, hanya melihatnya. Hanya melihatnya begitu saja, ia berlalu tampa pernah kita sadari bahwa sebenarnya ia merenggut banyak hal dari kita,. Kita hanya menjadi sisa-sisa semacam kenangan. Lalu aku dan kamu saling mendekap sebelum mengahiri segalanya, aku meringku tertinggal waktu dan sebaliknya kamu di tuntun oleh waktu berjalan meninggalkanku sebelum lenyap di ujung lorong sana kamu melambai padaku mungk

Dari Beng-beng Sampai Peterpan

Gambar
 Dari Beng-beng sampai Peterpan Ini bermula dari ruangan kelas yang bersebelahan langsung dengan kantin sekolah, selalu setiap hari ketika bel jam istirahat itu berbunyi. sebagai penghuni ruangan yang bertetangga dengan kantin sekolah maka adalah hal yang wajar bagi kami ketika menyaksikan gelombang siswa bertumpuk berdesakan di dalam kantin.          Kami selalu bisah hanya menonton dari pojok kelas kami saja tumpukan siswa atau teman-teman ketika berjajan di tetangga kami itu, mungkin yang sering kami lakukan ketika jam-jam istirahat, tidak tahu mengapa? adalah hal-hal ganjil yaitu membayangkan ada sedos beng-beng jatuh dari langit atau plafon sekolah, kami cuma anak-anak yang hidup dalam ruang imajinasinya sendiri, atau membayangkan menjadi seorang Gubernur suatu hari nanti meski pada akhirnya niat itu kami kubur hidup-hidup dengan tertawa.           Bukan karena tidak mempunyai uang agar bisah seperti mereka tetapi bagi kami berbelanja di kantin sekolah adalah pekerjaan siswa-siswa

Isu Surogasi di Film Mimi

Gambar
 Isu Surogasi di film yang berjudul “Mimi” Analogi sederhana untuk bagaimana menggambarkan isu yang menarik ini adalah kamu si empuh pemilik ladang dan mereka pemilik benih juga pupuk datang dengan syarat kesepakatan menanam benihnya di ladangmu, setelah benih itu tumbuh mereka yang akan mengambil hasilnya dan kamu hanya mendapakan upah dari mereka sebagai orang yang sudah menyewakan ladangnya untuk di tanam benih-benih itu. Hanyalah sekolompok orang-orang yang memulai omong-kosongn-nya dengan mengatakan bahwa uang itu tidak penting. Sunggu janganlah mendengarkan mereka. Mereka itu hanya akan menyusahkanmu di dunia ini. terlepas dari embel-embel bahwa hidup itu fana. Bukankah kenyatan hidup akan terkesan horor jika tidak memiliki uang, percayalah uang di kenyataan berpacu seperti keabadian. Kita benar-benar egois jika mengatakan bahwa baterei di hpmu mengandung tahayul dan menolak mengatakan kalau sisah baterei yang di hpmu mengalir dari sebuah aliran listrik, yang kita terus bayar tag

Pak Jambo dan Wa Jene

Gambar
  Tepat di malam senin, ketika seharian aku dan pacarku dari pantai yang ada di pulau Ambon. Aku sedang duduk di depan jendela kamar hotel sambil menikmati secangkir kopi dan pemandangan malam kota. Di kejauhan, warni warni lampu yang menghiasi Jembatan Merah Putih (JMP) tampak memanjakan suasana. Begitupun para muda mudi yang ada di sana. Di manjakan angin malam dan melengkapi cerita-cerita dusta yang berujung di kamar rahasia. Aku mulai membuka suara ketika aku mulai merasakan suasana yang akan mengalahkanku. Rasa kantuk mulai menduduki mataku, menguap walau pahitnya kopi tak dihiraukannya. “Kekasih, aku mau bercerita tentang bunga dan selangkangan wanita, maukah kamu mendengarnya…? Tanyaku ketika aku sambil menyeruput kopi di kamar hotel. “Apa hubungannya bunga dengan selangkangan wanita, memangnya sebelum bercinta laki-laki harus menaburkan bunga di selangkangan pacarnya ? “Jawabnya sambil tertawa dan gigi gingsulnya yang indah terlihat jelas dan kemudian melenjutkan lagi. “Tap

Ia Mengirim Malam Yang Tak Nyenyak Di Dadamu

Gambar
 Ruang ingatan; Kamu pernah membuka pintu, membuka hati untuk seseorang, tetapi setelah sesuatu datang bersemayam di dalamnya, setelah memberimu luka di dadamu yang lungkrah, setelah seseorang datang hanya untuk mengirim malam yang tak nyeyak di matamu. Kamu memilih untuk menutupnya rapat-rapat, semacam pintu yang kamu tutup rapat, sangat rapat. tetapi ada saja celah, atau jalan untuk seseorang mengetuknya yang barangkali membuat dadamu berdesir setelah sekian lama. Kamu bertanya kepadanya selepas membuka pintu kecil untuknya: Kemana? “ke suatu tempat yang paling rahasia” Itu dimana? Tanyamu. “Di matamu”. Jawabnya pelan sambil mengurungkan niat untuk menatapmu. Kamu membanting dengan tegas lalu menjawabnya. “jangan! ada banyak batu nisan di dalam sana? Disana sesuatu telah lama mati. Kemudian kamu merasakan ada sesuatu menghisapmu melihat lampau dirimu! Disana kamu menemukan dirimu yang dulu menatap nanar setiap kepergian. Dari wajahmu terlihat jelas peta pahit masalalu, laiknya sirine

Sedikit Tentang Buku Manusia Indonesia, Karya Mocthar Lubis

Gambar
Sebenarnya saya tidak ingin menulis semua ini, tapi rasa gelisah jika tidak mengatakan itu semua setidaknya melalui sebuah tulisan. Apa yang tertuang atau yang telah di tulis oleh Mocthtar Lubis di bukunya yang berjudul MANUSIA INDONESIA. jika berdasar hari ini mungkin masih di jumpai benarnya. Ia mengukapkan gagasanya sangat bebas tak perduli ini itu. jika di alam liar ia seperti raja hutan bebas ingin kemana saja tetapi juga hati-hati sebab raja hutan berjalan seorang diri. Ia bisah membaca kemungkinan bahwa barangkali di depan sana ada hewan lain secara bergerombolan sudah menyusun rencana untuk melenyapkanya maka dari itu ia harus hati-hati. Mungkin apa yang terdapat dalam buku itu adalah tulisan tentang keresahan bukan tulisan ilmiah mendalam tetapi jika melihat latar belakang si penulis yang juga seorang wartawan senior, cerpenis yang selalu menyoroti isu-isu sosial semacam Korupsi, maka sebernarnya penulis sukses mengganggu kursi empuk kenyamanan.  Maka dari itu bagaimanpun juga